Samudra pasai
samudra pasai disebut juga dengan kasultanan pasai atau samudra darussalam
• LETAK SAMUDRA PASAI
Samudra pasai adalah kerajaan islam pertama. Secara geografis, terletak di daerah pantai timur Pulau Sumatera bagian utara yang berdekatan dengan jalur pelayaran perdagangan internasional, yaitu Selat Malaka. Hasil buminya adalah lada, yang menyebabkan kerajaan ini berkembang menjadi kerajaan Islam yang cukup kuat. Bandar udaranya dijadikan bandar penghubung (bandar transitol) antara para pedagang Islam yang datang dari arah barat dengan yang datang dari arah timur.
• P E M E R I N T A H A N
Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara.
Menurut ibnu Batuthah yang menghabiskan waktunya sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng pertahanan dari batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar serta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau muaranya besar namun ombaknya menggelora dan mudah mengakibatkan kapal terbalik. Sehingga penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud teluk yang airnya berputar-putar kemungkinan berkaitan dengan ini.
Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi. Sementara anak-anak sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu juga beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar sultan.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak telah menjadi bagian dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga menempatkan salah seorang anaknya yaitu Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan Samudera sudah menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, Lide (Kerajaan Pedir) disebutkan menjadi kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh.
Raja – raja yang pernah memerintah :
a. Nazimuddin al-Kamil
yaitu seorang laksamana laut dari Mesir yang mendirikan Kerajaan Samudra Pasai. Tahun 1238 M, ia mendapat tugas merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat yang dijadikan tempat pemasaran barang-barang perdagangan dari timur.
Tujuan utamanya adalah untuk dapat menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.
Ia meletakkan dasar pemerintahan Kerajaan Samudra Pasai dengan berlandaskan hukum-hukum ajaran Islam.
Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Samudra Pasai berkembang cukup pesat, walaupun secara politis berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
b. Sultan Malikul Saleh
Ia berhasil mengalahkan Dinasti Fatimah di Mesir (penganut aliran Syi’ah) dan Dinasti Mamaluk (penganut aliran Syafe’i), ia juga ingin merebut Samudra Pasai agar dapat menguasai pasaran lada di wilayah timur.
Dinasti Mamaluk mengirim Syekh Ismail yang bersekutu dengan Marah Silu (keturunan Marah Pasai).Mereka berhasil merebut Keajaan Samudra Pasai dan Marah Silu diangkat sebagai rajanya dengan gelar Sultan Malikul Saleh (Malik al-Saleh)
Ia memerintah Samudra Pasai pada tahun 1285-1297 M. Ia semula menganut aliran Syi’ah dan akhirnya berbalik menganut aliran Syafe’I, seperti Dinasti Mamaluk.
Perkawinannya dengan Putri Ganggang Sari memperkuat kedudukannya di daerah pantai timur Aceh, sehingga Kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan di Selat Malaka.
c. Sultan Malikul Thahir
Setelah Sultan Malikul Saleh wafat, tahta kerajaan beralih pada putranya yang bergelar Sultan Malikul Thahir (Malik Al-Thahir).
Pada masa kekuasaannya (1297-1326), terjadi peristiwa penting di Kerajaan Samudra Pasai saat putra sultan Malikul Saleh yang bernama Abdullah memisahkan diri ke daerah Aru (Barumun)dan bergelar Sultan Malikul Mansur. Ia kembali pada aliran semula yaitu aliran Shiah.
Ketika Kerajaan Malaka muncul dan bekembang sebagai pusat perdagangan di Selat Malaka, kedudukan Kerajaan Samudra Pasai sebagai daerah perdagangan mulai redup.
• PEREKONOMIAN
Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan lada sebagai komoditi andalannya, dalam catatan Ma Huan disebutkan 100 kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Dalam perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin emas sebagai alat transaksi pada masyarakatnya, mata uang ini disebut deureuham (dirham) yang dibuat 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 karat.
Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam padi di ladang, yang dipanen 2 kali setahun, serta memiliki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan.
• AGAMA DAN BUDAYA
Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Pasai, walau pengaruh Hindu dan Buddha juga turut mewarnai masyarakat ini. Dari catatan Ma Huan dan Tomé Pires, telah membandingkan dan menyebutkan bahwa sosial budaya masyarakat Pasai mirip dengan Malaka, seperti bahasa, maupun tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan dan kematian. Kemungkinan kesamaan ini memudahkan penerimaan Islam di Malaka dan hubungan yang akrab ini dipererat oleh adanya pernikahan antara putri Pasai dengan raja Malaka sebagaimana diceritakan dalam Sulalatu Salatin.
0 komentar:
Posting Komentar