Laman

Sabtu, 19 Mei 2012

cerpen indonesia

| | 0 komentar




INDAH PADA WAKTUNYA


Aku adalah seorang remaja yang terhempas dalam kenyataan hidup ditengah arus globalisasi. Bisa dibilang aku berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ibuku hanya seorang penjual sayur-sayuran di pasar pagi. Pendapatan ibuku pun tidak seberapa, hanya cukup untuk sekali makan. Bisa dibilang juga, itu semua tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kami sekeluarga. 

Terlebih lagi aku mempunyai dua orang adik. Ayah dan ibuku sudah lama bercerai. Ibu memilih bercerai dengan ayah karena sifat ayah yang pemarah dan suka mebuk-mabukan. Setelah bercerai dengan ibu, ayah masih saja sering mengganggu kehidupan kami. Bahkan ia sering datang dengan cara tiba-tiba dan memukulibu serta adik-adikku. Mungkin ayahku sudah kehilangan akal sehatnya. Tidak jarang aku pun sering terlibat dalam amukan ayahku.

Dan pernah pada suatu hari, ayah datang dan marah-marah tidak jelas kepada ibuku. Aku tidak tahu apa masalahnya sehingga ayah bisa marah-marah seperti orang kesetanan. Dan tiba-tiba pula ayah memukul ibuku. Kedua adikku yang kebetulan sedang bersama ibuku di rumah pun tidak luput dari amukan ayahku yang gila itu. Aku yang saat itu baru saja pulang sekolah sangat terkejut melihat kejadian itu. Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi melihat ibuku dipukuli seperti itu. Aku tidak bisa menerima sikap ayahku yang berbuat semena-mena seperti itu. Aku pun yang berusaha melindungi ibuku dari pukulan ayahku pun ikut menjadi sasaran amukan ayahku. Aku mulai tidak tahan dengan semua perlakuan ayahku terhadap ibuku dan adik-adikku. 

Aku yang mulai terbawa emosi karena tindakan ayahku tersebut langsung mendaratkan tinjuku pada wajah ayah. Ayahku yang tidak terima atas tindakanku lantas memukulku. Akupun jatuh tersungkur dan hampir terbentur meja. Aku pun lantas mengambil sebuah guci yang ada di meja dan memukulkan guci tersebut tepat di kepala ayahku. Ayahku pun berteriak kesakitan dan jatuh seketika karena kepalanya mengeluarkan darah. Kemudian dengan segera aku menyeretnya keluar dari rumah. Dan ayahku langsung pergi dari rumah dengan membawa rasa sakit dan mengucapkan kata-kata kotor. Beruntung saat kejadian itu terjadi, tidak ada tetangga yang melihat kejadian itu secara langsung. Aku pun kembali ke dalam rumah dan berkumpul dengan ibu dan kedua adikku serta menenangkan mereka semua.

Sejak kejadian itu, ayah tidak pernah datang lagi menemui kami. Namun itu hanya berlangsung selama beberapa minggu saja. Setelah itu ayah mulai kembali dengan kegilaannya yang tidak berperikemanusiaan itu.

Kehidupan keluargaku yang serba kekurangan membuat kami harus lebih berhemat. Kedua adikku saja tidak ada yang bersekolah. Ibu sudah sangat bersyukur bila bisa menyekolahkan aku hingga lulus SMA. Namin aku mempunyai tekad yang kuat untuk melanjutkan pendidikanku hingga ke jenjang yang lebih tinggi.

Hari ini aku mendapat panggilan dari guru karena aku sudah menunggak uang sekolah selama dua bulan. Aku bingung harus berbuat apa agar bisa mendapatkan uang untuk membayar uang sekolahku. Aku sengaja tidak memberitahukan ibuku mengenai masalah ini. Aku takut ibu akan sedih karena tidak bisa memenuhi kebutuhan sekolahku. Hal ini dikarenakan penghasilan ibu yang hanya cukup untuk makan kami sehari-hari. Aku berinisiatif intuk mencari pekerjaan. Namun aku tidak mendapatkan satupun pekerjaan. Aku mulai putus asa. Namun di tengah keputusasaanku itu aku mendapatkan ide yang cemerlang. Aku bisa memanfaatkan kemampuanku dalam bernyanyi. Aku pun pergi ke sebuah cafe untuk melamar pekerjaan di sana.

Aku tahu tempat itu karena beberapa hari yang lalu salah seorang temanku menawariku sebuah pekerjaan untuk menyanyi di tempat itu. Dia menawariku untuk bernyanyi di cafe itu karena dia mengetahui kalau suaraku merdu sekaligus kondisi keluargaku yang sedang kesusahan.

Sekilas aku berpikir,”mungkin ini yang dinamakan teman, selalu ada di kala susah maupun senang”.
Aku diterima untuk menyanyi di cafe itu. Bayaranku untuk sekali manggung sebesar seratus ribu rupiah. Bayaran yang lumayan besar untuk seorang pemula sepertiku. Uang yang aku simpan selama aku menyanyi di cafe itu sudah lumayan banyak, dan itu sudah cukup untuk mebayar uang sekolahku yang menunggak selama dua bulan. Sisa dari uang yang aku miliki, aku berikan kepada ibu sebagian untuk keperluan belanja dan yang sebagian lagi aku simpan untuk berjaga-jaga jika ada keperluan yang mendadak.

Ibuku sangat senang menerima pemberian dariku. Ia sangat bersyukur pada Tuhan karena aku sudah bisa belajar untuk lebih mandiri. Aku sangat senang bila ibuku pun senang..

Lama aku menyanyi di cafe itu. Mendengar suaraku yang lumayan merdu, pemilik cafe mengizinkanku untuk menjadi penyanyi tetap di cafe tersebut. Di sana bukan aku satu-satunya penyanyi yang bernyanyi di cafe itu. Ada seorang wanita yang juga bekerja sebagai penyanyi di cafe tersebut. Awalnya dia senang saat berkenalan denganku. Tapi lama-kelamaan dia mulai menunjukkan sikap yang kurang baik padaku. Dia sering memarahiku padahal aku tidak membuat kesalahan. Mungkin dia iri padaku karena aku mendapat perlakuan yang lebih baik dari pemilik cafe dibandingkan dengannya. Hingga dia tega memfitnahku dengan sesuatu yang aku sendiri tidak merasa kalau aku melakukan kesalahan itu. Pemilik cafe di tempatku bekerja yang termakan oleh omongan wanita itu kemudian memecatku dari cafe itu. Aku sungguh sedih sekali karena aku difitnah atas perbuatan yang tidak pernah aku lakukan sama sekali. Aku kecewa, aku putus asa, aku tidak tau harus berbuat apa lagi.

Dimana aku harus mencari pekerjaan setelah ini? Apa yang harus aku katakan pada ibuku atas kejadian ini? Mengapa hidupku harus berjalan seperti ini? Hanya pertanyaan semacam itu yang terlintas di pikiranku sepanjang jalan. Kebahagiaan yang aku rasakan hanya berlangsung sekejap. Entah ini hanya suatu kebetulan atau memang takdirku harus seperti ini.
“Oh Tuhan... aku tidak sanggup”, ucapku dakam hati.

Aku sungguh tidak menduga kenapa ia tega melakukan hal ini padaku. Seseorang yang aku kenal baik dan ramah ternyata hanya sebagai sampul depan saja. Sungguh aku sangat merasa kecewa. Tetapi biarkan sajalah, karena setiap orang memiliki catatan kebaikan dan keburukan tersendiri.

Kini aku kembali dengan hari-hariku yang suram. Hari ini aku tidak bersemangat untuk sekolah karena aku terus memikirkan ibu dan kedua adikku. Saat aku berjalan sambil melamun di koridor sekolah, secara tidak sengaja aku menabrak seorang gadis yang begitu cantik di mataku. Dia sedang membaca sambil berjalan dan mungkin itu yang membuatnya tidak memperhatikan keadaan di sekitarnya sehingga dia kurang berkonsentrasi dengan perjalanannya dan menabrakku. Kami kemudian saling meminta maaf dan sekalian aku berkenalan dengannya. Itu karena sudah hampir 3 tahun aku bersekolah di sekolah ini, tapi aku belum begitu mengenal teman-temanku satu sekolah.

Gadis itu bernama Geniung, dia memiliki paras yang cantik, berjilbab, dan memiliki perilaku yang sopan saat aku mengenalnya. Apa yang aku rasakan? Sepertinya aku mulai jatuh cinta. Sejenak aku lupa akan masalah keluargaku. Aku berusaha mencari informasi yang lebih tentangnya.

Saat dia mengetahui kalau aku menyukainya, dia menunjukkan sikap yang berbeda kepadaku. Dia menjadi kurang bersahabat. Aku yang penasaran dengan perubahan sikapnya itu pun lantas menanyakannya langsung padanya. Dia menceritakan alasan kenapa dia merubah sikapnya kepadaku. Lama-kelamaan kami mulai akrab kembali dan saling berbagi pengalaman hidup. Aku menceritakan tentang keadaan keluargeku. Dia merasa turut prihatin dengan keadaan keluargaku.

Sejak saat itu dia mulai memberikan perhatian kepadaku. Dia sering memberikan motivasi yang sengat berguna bagiku. Dan tidak itu saja, dia juga meminta ayahnya untuk mengizinkanku bekerja di peternakan milik ayahnya. Ayahnya pun memperbolehkanku untuk bekerja di peternakan miliknya sepulang sekolah. Dan atas pekerjaanku yang rapi, ayahnya pun memberi kepercayaan kepadaku untuk mengambil alih sebagai pemilik peternakan tersebut setelah aku tamat kuliah nanti. Kini aku bisa menyekolahkan kedua adikku dan membahagiakan ibuku. Aku sungguh berterimakasih kepada Tuhan yang telah memberikan jalan keluar terbaik bagiku atas segala masalahku. Dan hal ini juga tidak terlepas dari do’a ibuku yang menyertaiku setiap waktu, serta teman-temanku yang selalu memberikan dukungan kepadaku disaat aku merasa putus asa
Analisis novel

a.    Tokoh dan Perwatakan
No
Tokoh
Perwatakan
Bukti
1.
Aku
Sabar, penyayang, optimis, pekerja keras, hemat, baik
·      Ia menerima keadaan dengan lapang dada.
·      Ketika ayahnya memukuli ibunya, tokoh aku melindungi ibunya.
·      Ia yakin bahwa ia dapat melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi.
·      Tokoh aku berusaha mencari pekerjaan untuk kebutuhannya dan keluarganya.
·      Ia menyisihkan uangnya untuk kepentingan-kepentingan mendadak.
·      Ia menyekolahkan adik-adiknya.
2.
Ibu
Sabar, pekerja keras
·      Ia tabah dalam menerima cobaan.
·      Ia hanya bekerja sebagai penjual sayuran di pasar.
3.
Adik-adik
Baik, sabar
·      Ia rela tidak sekolah karena ibunya tidak mampu membiayainya.
4.
Ayah
Kasar, pemarah, pemabuk, jahat
·      Ia memukuli istri dan anak-anaknya.
·      Ia marah-marah dengan sebab yang tidak jelas.
·      Ia suka minum minuman keras.
·      Ia rela membiarkan istrinya membiayai kehidupannya dan anaknya sendiri.
5.
Pemilik cafe
Baik, mudah terpengaruh
·      Ia mau menerima tokoh aku untuk bekerja di cafenya dan memberikan gaji yang tidak sedikit.
·      Ia mudah terpengaruh dengan kata-kata penyanyi cafe (teman tokoh aku yang bekerja di cafe yang sama) yang belum tentu kebenarannya.
6.
Penyanyi cafe
iri, jahat
·      Ia iri dengan tokoh aku, karena tokoh aku mendapatkan perlakuan yang lebih baik dari pemilik cafe.
·      Ia memfitnah tokoh aku, hingga tokoh aku dipecat oleh pemilik cafe.
7.
Geniung
Sopan, perhatian, ramah
Ia memberi perhatian dan sering memotivasi tokoh aku.
8.
Teman tokoh Aku
Baik hati
Ia menawari tokoh aku untuk bekerja di sebuah cafe, karena ia mengerti bahwa tokoh aku memiliki suara yang merdu.
9.
Ayah geniung
Baik, peduli
Ia menerima tokoh aku untuk bekerja di peternakannya.
leer más...

cerpen terjemahan

| | 0 komentar


The Necklace
She was one of those pretty and charming girls born, as though fate had blundered over her, into a family of artisans. She had no marriage portion, no expectations, no means of getting known, understood, loved, and wedded by a man of wealth and distinction; and she let herself be married off to a little clerk in the Ministry of Education. Her tastes were simple because she had never been able to afford any other, but she was as unhappy as though she had married beneath her; for women have no caste or class, their beauty, grace, and charm serving them for birth or family, their natural delicacy, their instinctive elegance, their nimbleness of wit, are their only mark of rank, and put the slum girl on a level with the highest lady in the land.
     She suffered endlessly, feeling herself born for every delicacy and luxury. She suffered from the poorness of her house, from its mean walls, worn chairs, and ugly curtains. All these things, of which other women of her class would not even have been aware, tormented and insulted her. The sight of the little Breton girl who came to do the work in her little house aroused heart-broken regrets and hopeless dreams in her mind. She imagined silent antechambers, heavy with Oriental tapestries, lit by torches in lofty bronze sockets, with two tall footmen in knee-breeches sleeping in large arm-chairs, overcome by the heavy warmth of the stove. She imagined vast saloons hung with antique silks, exquisite pieces of furniture supporting priceless ornaments, and small, charming, perfumed rooms, created just for little parties of intimate friends, men who were famous and sought after, whose homage roused every other woman's envious longings.
     When she sat down for dinner at the round table covered with a three-days-old cloth, opposite her husband, who took the cover off the soup-tureen, exclaiming delightedly: "Aha! Scotch broth! What could be better?" she imagined delicate meals, gleaming silver, tapestries peopling the walls with folk of a past age and strange birds in faery forests; she imagined delicate food served in marvellous dishes, murmured gallantries, listened to with an inscrutable smile as one trifled with the rosy flesh of trout or wings of asparagus chicken.
     She had no clothes, no jewels, nothing. And these were the only things she loved; she felt that she was made for them. She had longed so eagerly to charm, to be desired, to be wildly attractive and sought after.
     She had a rich friend, an old school friend whom she refused to visit, because she suffered so keenly when she returned home. She would weep whole days, with grief, regret, despair, and misery.
One evening her husband came home with an exultant air, holding a large envelope in his hand.
     "Here's something for you," he said.
     Swiftly she tore the paper and drew out a printed card on which were these words:
     "The Minister of Education and Madame Ramponneau request the pleasure of the company of Monsieur and Madame Loisel at the Ministry on the evening of Monday, January the 18th."
     Instead of being delighted, as her husband hoped, she flung the invitation petulantly across the table, murmuring:
     "What do you want me to do with this?"
     "Why, darling, I thought you'd be pleased. You never go out, and this is a great occasion. I had tremendous trouble to get it. Every one wants one; it's very select, and very few go to the clerks. You'll see all the really big people there."
     She looked at him out of furious eyes, and said impatiently: "And what do you suppose I am to wear at such an affair?"
     He had not thought about it; he stammered:
     "Why, the dress you go to the theatre in. It looks very nice, to me . . ."
     He stopped, stupefied and utterly at a loss when he saw that his wife was beginning to cry. Two large tears ran slowly down from the corners of her eyes towards the corners of her mouth.
     "What's the matter with you? What's the matter with you?" he faltered.
     But with a violent effort she overcame her grief and replied in a calm voice, wiping her wet cheeks:
     "Nothing. Only I haven't a dress and so I can't go to this party. Give your invitation to some friend of yours whose wife will be turned out better than I shall."
     He was heart-broken.
     "Look here, Mathilde," he persisted. "What would be the cost of a suitable dress, which you could use on other occasions as well, something very simple?"
     She thought for several seconds, reckoning up prices and also wondering for how large a sum she could ask without bringing upon herself an immediate refusal and an exclamation of horror from the careful-minded clerk.
     At last she replied with some hesitation:
     "I don't know exactly, but I think I could do it on four hundred francs."
     He grew slightly pale, for this was exactly the amount he had been saving for a gun, intending to get a little shooting next summer on the plain of Nanterre with some friends who went lark-shooting there on Sundays.
     Nevertheless he said: "Very well. I'll give you four hundred francs. But try and get a really nice dress with the money."
     The day of the party drew near, and Madame Loisel seemed sad, uneasy and anxious. Her dress was ready, however. One evening her husband said to her:
     "What's the matter with you? You've been very odd for the last three days."
     "I'm utterly miserable at not having any jewels, not a single stone, to wear," she replied. "I shall look absolutely no one. I would almost rather not go to the party."
     "Wear flowers," he said. "They're very smart at this time of the year. For ten francs you could get two or three gorgeous roses."
     She was not convinced.
     "No . . . there's nothing so humiliating as looking poor in the middle of a lot of rich women."
     "How stupid you are!" exclaimed her husband. "Go and see Madame Forestier and ask her to lend you some jewels. You know her quite well enough for that."
     She uttered a cry of delight.
     "That's true. I never thought of it."
     Next day she went to see her friend and told her her trouble.
     Madame Forestier went to her dressing-table, took up a large box, brought it to Madame Loisel, opened it, and said:
     "Choose, my dear."
     First she saw some bracelets, then a pearl necklace, then a Venetian cross in gold and gems, of exquisite workmanship. She tried the effect of the jewels before the mirror, hesitating, unable to make up her mind to leave them, to give them up. She kept on asking:
     "Haven't you anything else?"
     "Yes. Look for yourself. I don't know what you would like best."
     Suddenly she discovered, in a black satin case, a superb diamond necklace; her heart began to beat covetously. Her hands trembled as she lifted it. She fastened it round her neck, upon her high dress, and remained in ecstasy at sight of herself.
     Then, with hesitation, she asked in anguish:
     "Could you lend me this, just this alone?"
     "Yes, of course."
     She flung herself on her friend's breast, embraced her frenziedly, and went away with her treasure. The day of the party arrived. Madame Loisel was a success. She was the prettiest woman present, elegant, graceful, smiling, and quite above herself with happiness. All the men stared at her, inquired her name, and asked to be introduced to her. All the Under-Secretaries of State were eager to waltz with her. The Minister noticed her.
     She danced madly, ecstatically, drunk with pleasure, with no thought for anything, in the triumph of her beauty, in the pride of her success, in a cloud of happiness made up of this universal homage and admiration, of the desires she had aroused, of the completeness of a victory so dear to her feminine heart.
     She left about four o'clock in the morning. Since midnight her husband had been dozing in a deserted little room, in company with three other men whose wives were having a good time. He threw over her shoulders the garments he had brought for them to go home in, modest everyday clothes, whose poverty clashed with the beauty of the ball-dress. She was conscious of this and was anxious to hurry away, so that she should not be noticed by the other women putting on their costly furs.
     Loisel restrained her.
     "Wait a little. You'll catch cold in the open. I'm going to fetch a cab."
     But she did not listen to him and rapidly descended the staircase. When they were out in the street they could not find a cab; they began to look for one, shouting at the drivers whom they saw passing in the distance.
     They walked down towards the Seine, desperate and shivering. At last they found on the quay one of those old nightprowling carriages which are only to be seen in Paris after dark, as though they were ashamed of their shabbiness in the daylight.
     It brought them to their door in the Rue des Martyrs, and sadly they walked up to their own apartment. It was the end, for her. As for him, he was thinking that he must be at the office at ten.
     She took off the garments in which she had wrapped her shoulders, so as to see herself in all her glory before the mirror. But suddenly she uttered a cry. The necklace was no longer round her neck!
     "What's the matter with you?" asked her husband, already half undressed.
     She turned towards him in the utmost distress.
     "I . . . I . . . I've no longer got Madame Forestier's necklace. . . ."
     He started with astonishment.
     "What! . . . Impossible!"
     They searched in the folds of her dress, in the folds of the coat, in the pockets, everywhere. They could not find it.
     "Are you sure that you still had it on when you came away from the ball?" he asked.
     "Yes, I touched it in the hall at the Ministry."
     "But if you had lost it in the street, we should have heard it fall."
     "Yes. Probably we should. Did you take the number of the cab?"
     "No. You didn't notice it, did you?"
     "No."
     They stared at one another, dumbfounded. At last Loisel put on his clothes again.
     "I'll go over all the ground we walked," he said, "and see if I can't find it."
     And he went out. She remained in her evening clothes, lacking strength to get into bed, huddled on a chair, without volition or power of thought.
     Her husband returned about seven. He had found nothing.
     He went to the police station, to the newspapers, to offer a reward, to the cab companies, everywhere that a ray of hope impelled him.
     She waited all day long, in the same state of bewilderment at this fearful catastrophe.
leer más...

Rabu, 02 Mei 2012

bahan makanan

| | 0 komentar


FUNGSI dan sumber nutrien

No
Nama Bahan Makanan
Kandungan Gizi
Fungsi Bagi Tubuh
1
Tempe
karbohidrat,lemak,protein,serat,vitamin,enzim,daidzein, genisten,vitamin B2,vitamin B12,niasin dan asam pantorenat.
a.   Protein yang terdapat dalam tempe sangat tinggi, mudah dicerna sehingga baik untuk mengatasi diare
b.  zat besi, flafoid yang bersifat antioksidan dan mampu menurunkan tekanan darah.
c.   superoksida desmutase yang dapat mengendalikan radikal bebas dan baik bagi penderita jantung.
d.  Penanggulangan anemia. Anemi ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin karena kurang tersedianya zat besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), protein, asam folat dan vitamin B12.
e.  Anti infeksi. Tempe mengandung senyawa anti bakteri yang diproduksi oleh karang tempe (R. Oligosporus) yang merupakan antibiotika yang bermanfaat meminimalkan kejadian infeksi.
f.   Daya hipokolesterol. kandungan asam lemak jenuh ganda pada tempe bersifat menurunkan kadar kolesterol.
g.  Memiliki sifat anti oksidan dan menolak kanker.
h.  Mencegah masalah gizi ganda (akibat kekurangan dan kelebihan gizi) beserta berbagai penyakit yang menyertainya, baik infeksi maupun degeneratif.

i.    Mencegah timbulnya hipertensi.
Kandungan kalsium yang tinggi, sehingga dapat mencegah osteoporosis

2
Kentang
Protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, serat, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, niacin.
a.   vitamin, kalsium dan magnesium dalam kentang dapat membantu mengurangi rematik.
b.  Vitamin-C, Vitamin B-kompleks dan mineral seperti kalium, fosfor, magnesium, dan seng adalah sumber yang baik untuk kesehatan kulit.

3
Jagung
Vitamin A, vitamin B, vitamin E, mineral, serat..
a.   Pencegahan Kanker Usus dan Wasir
b.  Sumber yang kaya antioksidan yang melawan kanker yang disebabkan oleh radikal bebas.
c.   Melindungi Jantung. Menurut para peneliti, minyak jagung telah menunjukkan efek anti aterogenik pada tingkat kolesterol, sehingga mencegah risiko penyakit jantung.
d.  Mencegah Anemia. Vitamin B12 dan asam folat yang terdapat dalam jagung mencegah anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin ini.
e.  Menurunkan Kolesterol
f.   Perlindungan terhadap Diabetes dan Hipertensi. Konsumsi jagung membantu pengelolaan non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) dan efektif terhadap penyakit tekanan darah tinggi karena adanya phytochemical fenolik di seluruh jagung.

4
Bayam
Vitamin A, vitamin C, vitamin E, fosforus, magnasium mangan, zink, sodium potasiumkalsium, kalium serta Beta Karotena.
a.   melawan infeksi atau antibody.
b.   menangkal radikal bebas serta untuk membentuk dan juga memelihara pertumbuhan pada tulang serta gigi.
c.   untuk menghambat terjadinya proses penuaan dini.
d.   menghambat kinerja enzim tirosinase yaitu enzim yang tugasnya untuk membantu pembentukan pigmen pada kulit. Apabila proses pigmentasi ini terhambat maka kulit pun akan tampak terlihat lebih bersih serta cerah.
e.   untuk mengurangi resiko jika terjadi pembekuan darah, untuk mencairkan darah beku, untuk mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, untuk menguatkan dinding yang ada pada pembuluh darah kapiler, untuk meningkatkan pembentukan sel-sel darah merah, untuk mengurangi kadar zat gula darah, berkahsiat juga untuk memperbaiki kerja insulin, dan untuk meningkatkan kekuatan otot serta stamina.
f.   zat besi juga dapat berperan untuk memproduksi hemoglobin dan untuk menyokong sistem kekebalan pada tubuh manusia.
g.   Zat mineral yang terdapat pada sayur bayam sangat bermanfaat untuk membangun tulang dan juga gigi, impul saraf, untuk kinerja jantung, serta sebagai pembekuan darah yang benar. Juga untuk mendukung struktur tulang, hati, untuk menjaga keseimbangan alkalin pada tubuh. untuk menjaga keseimbangan elektrolit, volume cairan tubuh, serta impul saraf. Selain itu juga untuk memaksimalkan membran sel, sangat penting untuk ritme jantung.

5
Ikan laut
Yodium, asam lemak omega-3.
a.   Yodium bermanfaat untuk mencegah penyakit gondok dan dapat mengurangi produksi hormon thyroid yang bisa melemahkan daya kerja otak .
b.  kandungan asam lemak omega-3 yang berperan dalam melindungi jantung.
c.   menurunkan kolesterol dalam darah, memperbaiki fungsi dinding pembuluh darah.menurunkan tekanan darah,mencegah terjadinya penggumpalan darah, dan sangat diperlukan untuk pembentukan otak.

6
Keju
Asam amino, riboflavin, vitamin B12, vitamin A, selenium, fosfor, kalsium, karbohidrat, mineral.
a.   Profil asam amino dalam keju cukup lengkap untuk pembangun jaringan otot, metabolisme sel-sel tubuh dan tulang.
b.   Kaya riboflavin yang bermanfaat membantu metabolisme karbohidrat dan menjaga kesehatan membran mukosa.
c.   Kaya vitamin B12 dan asam folat dalam keju yang bermanfaat membantu sintesa DNA, pematangan sel darah merah dan menjaga fungsi syaraf.
d.  Kaya vitamin A yang penting bagi indra penglihatan, kesehatan kulit, jaringan permukaan dan perlindungan terhadap infeksi.
e.   Kaya selenium yang penting untuk sintesa suatu enzim antioksidan.
f.   Kaya fosfor yang bermanfaat sebagai pembentuk ATP untuk produksi energi, pembentuk tulang dan gigi dan keseimbangan asam basa.
g.   Kaya kalsium yang penting untuk pembentukan tulang dan gigi, pembekuan darah, menjaga fungsi saraf, otot dan irama jantung.
h.   Keju juga mengandung tryptophan, sejenis asam amino yang mampu meredakan setress, membantu tidur dan mengurangi sindrom pra menstruasi.
i.    Kandungan kalori dan karbohidratnya juga sangat rendah sehingga cocok sebagai makanan diet.
j.   Mengandung banyak mineral sehingga sangat baik untuk melindungi gigi dari kerusakan.

7
Mentega
Vitamin D, vitamin E,
a.   Membantu pertumbuhan tulang dan gigi.
b.  Menjaga sistem saraf dan kekebalan tubuh.
8
Cabai
Antioksidan, vitamin E,thiamin,magnesium, vitamin B6,  serat, vitamin B1, vitamin B6, dan vitamin B12
a.   Vitamin B banyak sekali manfaatnya, yaitu untuk memperlancar metabolisme dan sirkulasi tubuh, membantu fungsi syaraf, meningkatkan kekebalan tubuh, membantu sintesis RNA dan DNA, dan terutama mengubah zat karbohidrat, protein, serta lemak menjadi energi
b.   mengurangi tekanan darah tinggi dan resiko serangan jantung
c.   pelindung tubuh dari penyakit arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) dan tekanan darah tinggi.
d.   mencegah diabetes

9
Wortel
Vitamin A, glukosa, alpha-karoten, beta-karoten, beta-crytoxanthin, lutein, dan lycopene.
a.   Menurunkan kadar gula dalam darah
b.   Menjaga fungsi mata
c.   Vitamin A sendiri berfungsi melumpuhkan sel mata yang bisa menyebabkan kebutaan dini
d.   Kerja beta karoten yakni mencegah kerusakan lensa mata karena radikal bebas dari sinar matahari.
e.   Menjaga kesehatan otak.

10
Hati
Vitamin B2, vitamin B3
a.   Menjaga nafsu makan
b.   Memelihara jaringan sekitar mulut.
c.   Pembelahan dan pertumbuhan sel, mencegah pelagra, berperan dalm respirasi sel.
leer más...

Total Tayangan Halaman

hildha hidayah ( 07 ) XI akselerasiI 2. Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Pengikut

Cuteki kawaii

Pencarian

 
 

Diseñado por: Compartidísimo
Con imágenes de: Scrappingmar©

 
Ir Arriba